23 Mei 2009 - 06:50
Leptospirosis pada anjing    
drh. Sesmita Oktora
Leptospirosis merupakan penyakit
zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp.dan dapat menyerang hewan dan manusia. Bakteri ini memiliki banyak
sekali jenis sehingga sulit mendapatkan kekebalan melalui vaksinasi. Untuk menghindari tertularnya penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi, tapi
hanya efektif untuk beberapa jenis (strain) saja.
Penyebaran
Leptospirosis menular antar
hewan terjadi melalui kontak dengan urin hewan yang terinfeksi, melalui kontak kelamin pada saat pacak (venereal) dan penularan induk ke janin (placental) dan atau luka gigitan. Peningkatan infeksi paling sering
terjadi di kennel. Penularan secara
tidak langsung terjadi karena terkontaminasinya sumber air, tempat makanan,
tempat minuman dan bahkan kandang. Habitat Leptospira yaitu pada air yang
tergenang dan air yang mengalir lambat. Biasanya penyakit akan meningkat pada
musim banjir. Pada daerah kering, infeksi terjadi di daerah sumber air. Tikus adalah salah satu hewan yang biasa disebut sebagai hewan carrier yang dapat menyebarkan bakteri ini.
Harapan hidup Leptospira akan berkurang apabila
di bekukan. Hal ini menjelaskan kenapa infeksi lebih sering terjadi pada daerah tropis dan dapat terjadi setiap saat.
Infeksi
Leptospira penetrasi dan memperbanyak diri pada membran
mukosa atau kulit lalu akan masuk ke dalam aliran darah. Selanjutnya akan
menginfeksi organ ginjal, hati, limpa, sistem saraf, mata dan saluran
pencernaan. Bakteri ini lebih tahan lama dalam organ ginjal dan dapat bertahan
selama beberapa minggu atau sampai sebulan dalam urin. Setelah 7-8 hari post
infeksi, hewan akan dapat bertahan, kerusakan pada hati dan ginjal tidak
terlalu kelihatan.
Gejala
Pada kejadian akut hewan akan mengalami panas
tinggi, menggigil, dan otot menjadi lemah. Muntah dan dehidrasi. Beberapa kasus
anjing akan mengalami Suhu badan rendah (hipotermia) dan dapat terjadi kematian sebelum kerusakan
pada hati dan ginjal terlihat.
Pada infeksi subakut, gejala
yang terlihat antara lain, demam, muntah, nafsu makan menurun, dehidrasi, dan
rasa haus yang meningkat. Anjing akan menjadi pendiam/malas karena rasa sakit
pada otot dan ginjal. Gangguan pada organ hati akan menimbulkan warna kuning pada kulit dan selaput lendir (ikterus).
Gangguan pada hati dan ginjal akan terlihat setelah infeksi berjalan selama 2-3
minggu. Pada anjing yang mengalami infeksi kronik atau tanpa gejala (subklinik) tidak
memperlihatkan gejala yang signifikan. Bakteri akan berada dalam urin selama
berbulan-bulan bahkan sampai tahunan.
Terapi
Pemberian antibiotik seperti
penisillin dan derivatnya, infus untuk mengatasi dehidrasi, dan kontrol
muntahnya merupakan realisasi dari gangguan hati dan ginjal. Perawatan yang intensif dibutuhkan pada saat hewan menunjukkan gejala penyakit dan kemungkinan harus diberikan pengobatan setelahnya untuk mencegah hewan tersebut menjadi hewan carrier.
Pencegahan dan vaksinasi
Karena manusia dapat tertular
maka jagalah kebersihan hewan, tempat makanan, tempat minuman, kandang dan
hal-hal yang berpotensial yang dapat terkontaminasi oleh bakteri Leptospira.
Vaksinasi adalah salah satu
cara untuk memproteksi hewan dari infeksi Leptospira. Saat ini vaksin yang ada
belum dapat memproteksi hewan dari semua strains Leptospira. Pada kucing tidak
tersedia vaksin Leptospira karena infeksi pada kucing sangat jarang terjadi.
Vaksin Leptospira dapat memproteksi anjing selama
6-8 bulan. Anjing dengan tingkat infeksi yang tinggi dapat dilakukan vaksinasi
dua kali dalam setahun. Vaksinasi pada anjing di bawah 8 minggu sebaiknya tidak
menggunakan vaksin yang mengandung Leptospira. Biasanya dokter hewan memberikan
vaksinasi pertama pada anjing umur 12-16 minggu. Di karenakan infeksi
Leptospira yang dapat berakibat fatal maka disarankan bagi anda yang memiliki
anjing untuk berkonsultasi dengan dokter hewan anda.
|